Esok Masyarakat Bandung Akan Kehilangan Bayangannya

Esok Masyarakat Bandung Akan Kehilangan Bayangannya

Rabu, 10 Oktober 2018

Bandung - Fenomena alam unik, hari tanpa bayangan akan kembali terjadi di Kota Bandung pada Kamis, (11/10/2018). Menurut Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Kelas 1 Bandung Tony Agus Wijaya, fenomena hari tanpa bayangan ini terjadi ketika posisi matahari tegak lurus di atas langit Kota Bandung

Hal tersebut mengakibatkan manusia atau benda berdiri tegak lurus di suatu tempat di luar ruangan dan langsung terkena sinar matahari, maka tidak akan muncul atau terlihat bayangannya. Fenomena ini diperkirakan akan terjadi pada siang hari sekitar pukul 11.36 WIB.

“Namun peristiwa ini hanya berlangsung singkat, sekitar 5 menit. Setelah matahari bergeser ke barat, bayangan orang atau benda tadi akan terlihat lagi,” kata Tony di Kantor BMKG Stasiun Geofisika Kelas 1 Bandung, Jalan Cemara, Rabu (10/10/2018).

Tony juga mnjelaskan, bahwa hari tanpa bayangan ini merupakan fenomena alam biasa dan rutin terjadi dua kali dalam setahun karena bumi mengelilingi matahari.

Di Kota Bandung sendiri hari tanpa bayangan terjadi pada bulan Maret dan Oktober. Selain itu, tidak ada dampak yang merugikan baik bagi manusia maupun lingkungan di Kota Bandung. Bahkan suhu udara pada siang hari saat fenomena hari tanpa bayangan terjadi pun diprediksi tidak akan meningkat signifikan.

Namun, imbuh Tony, justru fenomena hari tanpa bayangan menjadi pertanda bahwa tak berapa lama lagi Kota Bandung dan sekitarnya akan memasuki musim hujan. 

“Karena saat posisi matahari tegak lurus di atas Kota Bandung itu artinya, kita memasuki masa peralihan atau pancaroba. Begitu matahari bergeser ke selatan, maka Kota Bandung telah memasuki awal musim hujan pada akhir Oktober 2018 mendatang,” imbuhnya.

Tony juga mengatakan bahwa hari tanpa bayangan memang peristiwa menarik, sehingga perlu disaksikan dan diamati bersama-sama. Salah satu tujuannya untuk meningkatkan minat masyarakat untuk mempelajari alam semesta ini dan juga mencintai lingkungan.

“Dengan mengenal peristiwa astronomis dan kebumian, masyarakat semakin tertarik mempelajari lingkungan dan alamnya agar bisa hidup lebih sejahtera,” pungkas Tony.

.imam