Sultan Sepuh VI Jaenuddin II Arianatareja /Pangeran Kuda Putih/Sultan Sepuh Raden Heru Rusyamsi Arianatareja, S.Psi., M.H |
Benangmerah, Sejak tahun 2020 Polemik keraton kasepuhan masih menghangat sampai saat ini, sudah 3 orang yang mengaku sebagai Sultan Sepuh Keraton Kasepuhan. 2 orang Menobatkan dirinya sendiri yaitu Rahardjo Jali dan Lukman Zulkaedin serta 1 orang yang di nobatkan oleh Dzuriah Sunan Gunung Jati Santana Kesultanan Cirebon yaitu Pangeran Kuda Putih dengan Gelar Sultan Sepuh Jaenuddin II Arianatareja atau dikenal dengan nama Sultan Sepuh Raden Heru Rusyamsi Arianatareja.
Seluruh masyarakat Cirebon akhirnya paham dan mengerti akan konflik ini, awalnya masyarakat taunya ini hanya konflik internal antara turunan saja, ternyata setelah banyak beredar informasi akan sejarah peteng di media sosial, maka masyarakat jadi paham akan sejarah kelam sejarah peteng leluhur Cirebon.
Berbicara Keraton Kasepuhan bukan bicara siapa yang mana kakeknya atau bapaknya yang sultan atau siapa yang tinggal dikeraton, tetapi berbicara Keraton kasepuhan ini adalah pemilik awal siapa dan yang berhak disana siapa?, Karena Pendiri Kesultanan Cirebon ini adalah Pangeran Cakrabuana yang tahtanya turun kepada Keponakan dan juga anak mantunya yaitu Sunan Gunung Jati (Syekh Syarif Hidayatullah), jadi yang seharusnya berhak duduk dan mengelola keraton kasepuhan adalah Ahli Warisnya dari keduanya dan bukan dari orang yang nasabnya tidak tersambung ke Pangeran Cakrabuana dan Sunan Gunung Jati.
Dari Ketiga Sultan Sepuh yang mengaku saat ini pastinya publik dapat melihat dan mengetahui berdasarkan informasi sejarah yang berkembang di media sosial saat ini, mana yang dari ketiganya yang bernasabkan kepada Sunan Gunung jati atau Pangeran Cakrabuana.
Berdasarkan paparan di media sosial you Tube Pilolog Sejarah Alm Opan Safari bahwa Tahta Keraton Kasepuhan Sudah Terputus semenjak terbunuhnya Sultan Sepuh V Sofiudin Matang Aji.
Semenjak saat itu semua turunan asli keluar dari keraton dan lari untuk menyelamatkan diri, berarti dari mangkatnya Sultan Sepuh V Sofiudin Matangaji kurang lebih sudah 234 tahun tahta Keraton Kasepuhan terputus.
Jadi papan yang terpampang di keraton kasepuhan akan tatanan sultan keraton kasepuhan adalah keliru dan menyesatkan publik, dimana papan tatanan Sultan disana dibuat seolah olah tersambung dan bernasab ke Sunan Gunung Jati padahal tidak.
"Saya sebagai masyarakat Cirebon sudah paham soal konflik kasepuhan, mana Sultan yang asli turunan dan yang bukan, kami masyarakat Cirebon saat ini sudah pintar, dan sudah bisa memahami sejarah yang sebenarnya di keraton, " ujar Nurman Salah satu warga diwawacarai oleh awak media, Sabtu (13/7/2024).
"Kami masyarakat cirebon menilai cuma Pangeran Kuda Putih Sosok Sultan Sepuh yang Asli Turunan Kanjeng Sunan, karena cuma beliau yang mau turun ke masyarakat dan menemui masyarakat, dan juga kalo ijin ziarah, beliau tidak pernah menarifkan hanya infak seikhlasnya saja buat yang jaga disana, dan itu bukan dikasih lewat beliau tapi kita yang ngasih sendiri kepada orang yang jaga di makam loh " Lanjut Nurman.
Mengenai rumor yang nyinyir mengatakan bahwa kalau Sultan itu harus didalam keraton, Nurman langsung merespon "Gak penting didalam keraton atau diluar keraton, yang penting akhlaknya bisa mewarisi kanjeng Sunan Ndak?, ada sifat kasih sayangnya Ndak untuk rakyatnya? Mau mikirin Rakyatnya Ndak?, Lagian Keraton Kasepuhan itu sudah Cagar Budaya milik Pemerintah, dan juga dulu Kanjeng Sunan banyaknya diluar keraton kok bersama rakyatnya," tukasnya.
Dalam hal ini Pemerintah harus turun tangan dan ambil bagian.konflik Keraton Kasepuhan ini menjadi masalah nasional yang harus dipecahkan, sudah seharusnya pengelolaan Cagar Budaya Keraton Kasepuhan ini diberikan kepada Turunan Aslinya atau ahli warisnya, karena banyak sekali penyalah gunaan aset serta rusaknya cagar budaya ini.
Atau Pemerintah dapat tegas saja bahwa Keraton Kasepuhan diambil total pengelolaannya oleh pemerintah, yang didalam area cagar budaya keraton kasepuhan agar mengosongkan keraton, yang mengelola biar murni Pemda saja Mungkin itu jalan keluar terbaik dalam konflik yang ada.
Tatanan Sultan Keraton Kasepuhan Kesultanan cirebon yang ber Nasab Kanjeng Sunan gunung Jati
1.SYEKH SYARIF HIDAYATULLAH SHAYID (SUNAN GUNUNG JATI).(1479 - 1568)
2.Pangeran Moch Tajul Arifin(Pangeran Pasarean) (1495 - 1552 )
CARE TAKER / WAKIL SUNAN GUNUNG JATI FATAHILLAH / FADLAH KHAN/RATU BAGUS PASAI
3.Pangeran Suwarga ( Panembahan Adipati cirebon Sedang Kemuning) (1521 - 1565 )
4.Pangeran Zaenul Arifin (panembahan Ratu Carbon) (1568 - 1649)
5.Pangeran Dzulkifli ( Panembahan Sedang Gayam)
6.Pangeran Abdul Karim (Panembahan Girilaya ) (1649 - 1666)
TATANAN TAHTA KERATON KASEPUHAN AWAL
1.Sultan Sepuh I Pangeran Abul Makarim Muh Syamsudin (1679 - 1697)
2.Sultan Sepuh II Pangeran Muh Jamaludin (1697 - 1723 )
3.Sultan Sepuh III Pangeran Tajul Arifin Jaenuddin 1 (1723 - 1753)
4.Sultan Sepuh IV Jaenuddin II Amirsena (1753 - 1773)
5.Sultan Sepuh V Sofiuddin Matang aji (1773 - 1786)
Terjadi pembunuhan oleh abdi dalem dan terputus turunan sunan gunung jati dari mulai tahun 1786 - 2020 ( Terputus 234 tahun)
Dan baru tersambung lagi Sultan Sepuh yang turunan dari Sunan Gunung Jati dan Pangeran Cakrabuana ) ditahun 2021 saat ini :
6.Sultan Sepuh VI Jaenuddin II Arianatareja /Pangeran Kuda Putih/Sultan Sepuh Raden Heru Rusyamsi Arianatareja, S.Psi., M.H. (2021 - Now)
Sejarah terukir kembali tersambungnya nasab kanjeng sunan Gununug Jati pada keraton kasepuhan (Kebo Mulih Kandang) ditahun 2021.
Selama ratusan tahun semenjak dikudeta oleh abdi dalamnya Ki Muda maka mulai itu terputusnya Sultan Sepuh yg Bernasab ke kanjeng Sunan Gunung Jati, berdasarkan Paparan Pilolog Sejarah ALM Opan Safari Sultan Sepuh yang bukan turunan Sunan Gunung Jati yaitu mulai SSVI Ki Muda (Hasanudin) sampai SSXIV Arif Nata Diningrat yang berputra Lukman Zulkaedin.
Refrensi :
https://youtu.be/1vKH54IDu4s?si=Z-XRtPe7fpw3EnKk
https://youtu.be/mm73HY_e0BM?si=IH-DlcwLIP9a-Q_6
Semoga dengan kembalinya Keraton Kasepuhan kepada Dzuriah asli Sunan Gunung Jati, Cirebon dapat kembali kepada marwahnya kebesaran Sunan Gunung Jati (Syekh Syarif Hidayatullah). Dan kepada Sultan Sepuh Jaenudin II Arianatareja atau Pangeran Kuda Putih semoga bisa merangkul dan menyayangi rakyat nya kembali.
(One)