Ketua DPRD Kuningan Mengapresiasi PWI Terselenggaranya SW Jelang Konferensi

Ketua DPRD Kuningan Mengapresiasi PWI Terselenggaranya SW Jelang Konferensi

Kamis, 23 November 2023
Anggota, Ketua dan pengurus PWI Kabupaten Kuningan, fose bersama Ketua DPRD Nuzul Rachdy Usai Sharing Wawasan rangkayan gelaran konferensi PWI 2023


Benangmerah, Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) merupakan sebuah organisasi profesi Wartawan tertua di Indonesia, tentunya dibekali dengan ilmu Jurnalistik sehingga wartawan disebut sebuah pekerjaan mulia, dengan memegang teguh integritas kewartawanan. Oleh sebab itu Ketua DPRD Kuningan mengapresiasi PWI jelang konferensi PWI melakukan safari Sharing Wawasan (SW).


Seingat Saya PWI ini merupakan organisasi Kewartawanan yang paling tua karena baru pertama kali ada di indonesia sebelum masa reformasi dan sebelum ada organisasi kewartawanan lainnya sehingga eksistensi PWI harus lebih baik dari organisasi yang lainnya, "Kita harus menikmati dan mensyukuri buah dari reformasi ini karena kita tidak berada dalam ruang kosong, tapi kita berada pada satu persaingan yang harus diambil hikmahnya, persaingan organisasi selain dari PWI ada beberapa organisasi lainnya maka PWI yang merupakan organisasi pelopor di Indonesia harus bisa dijadikan contoh terutama dalam menjalankan tupoksi kewartawanan," papar Ketua DPRd Nuzul Rachdy.


Sosok Nuzul Rachdy yang kental terhadap perpolitikan namun sebelum karier politiknya melesat hingga sekarang menjadi Ketua DPRD, sebelumnya pernah menjadi wartawan, antara tahun 1994-1996 di beberapa media massa dan juga pernah membidangi lahirnya media cetak lokal, ya itu koran Kuningan Pos serta Majalah Linggajati, saat itu juga Nuzul Rachdy pernah menjadi pengurus PWI sebagai sekretaris. Saat itu Kantor PWI di Jalan Aria Kamuning tepatnya di Belakang Kuningan Plaza yang sekarang jadi Taman Kota. "Saya sering nongkrong di Kantor PWI itu mengisi waktu sambil berdiskusi tentang rencana pemberitaan, bagaimana agar hasil karya Jurnalistik kita di media massa itu di baca dan dikagumi pembaca, dan Saya masih ingat teman teman kita yang kini sudah mendahului kita," kenangnya.


Ia bercerita tentang dunia kewartawanan. "Sebenarnya saya tidak punya basic pendidikan jurnalistik namun karena Saya hobi tulis menulis, pada waktu itu Saya menulis Puisi Prosa, Esay, Artikel, Piature dan lain sebagainya karena Saya seneng dan tak jarang menulis di Tabloid Pesona Indonesia dan di Koran Inti Jaya, akhirnya Saya diajak bergabung di PWI. Meski di Inti Jaya Saya tidak lama, namun Koran Inti Jaya itu satu satunya koran yang memang berhadapan dengan Rezim Orde Baru pada saat itu dan kita pada pemberitaan pemberitaan pergerakan, termasuk pada saat terjadinya peristiwa Kudatuli (Kudeta Dua puluh Tujuh Juli) terjadi perseteruan politik di tubuh Partai PDI antara Ibu Megawati dengan kelompok Suryadi," papar Nuzul.


Kedewasaan Saya berpikir, lanjut Nuzul Rachdy, kedewasaan Saya dengan masyarakat itu tidak terlepas dari pengalaman ketika Saya di dunia Jurnalistik, menurut Saya Wartawan itu pekerjaan yang sangat mulia kalau kita dalami kalau diresapi dan dijiwai, kenapa karena profesi wartawan dengan jurnalistiknya dituntut untuk bisa memahami banyak hal dalam wawasan Nuzul mengilustrasikan dalam pandangan hukum wartawan harus punya dasar hukum juga tentang Kesehatan kita juga harus tahu, maka materi yang akan jadi pembahasan harus di pelajari dan fahami dulu. Maka jangan engan belajar karena belajar itu tidak ada salahnya dan dan tidak ada ruginya, belajar itu sepanjang masa, karena belajar itu tidak hanya dari sekolah dari buku tapi belajar bisa juga dari pengalaman orang, tutur Nuzul Rachdy memotivasi. (Mans)